CCTV TUHAN

Kebutuhan teknologi cctv sangat diperlukan saat ini. Kejahatan-kejahatan yang setiap hari dibasmi ternyata tidak kunjung padam. Cctv sebenarnya diharapkan menjadi alat pencegah kejahatan, namun saat ini cctv merupakan salah satu kunci dalam mengusut suatu kasus kejahatan. Dalam pencegahan, secara naluriah manusia akan mengurungkan niatnya jika mengetahui bahwa disekitarnya terdapat instalasi cctv. Kecuali jika memang orang itu sudah terbiasa berbuat jahat, atau memang orang itu benar-benar terdesak untuk berbuat kejahatan.

Tak usahlah kita bahas orang-orang yang memang jahat. Kita bahas yang terpaksa berbuat jahat. Orang yang terdesak berbuat jahat biasanya karna kebutuhannya yang harus dipenuhi sedangkan dia tidak memiliki alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga orang-orang yang kurang beruntung ini terpaksa mengambil atau merampas dari orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Mamang apapun alasannya tindakaan kejahatan tetaplah salah dan harus di pertanggung jawabkan.

Dalam sudut pandang saya, yang salah bukan hanya dia yang melakukan kejahatan. Orang-orang yang hanya diam saja melihat seseorang yang memerlukan pertolongan juga salah. Misalnya seorang yang mempunyai lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya, enggan mengulurkan bantuan. Manusia merupakan makhluk social, dimana dia membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya.

Sayangnya sekarang ini, banyak orang yang mengukur sesuatu hanya dari sudut material. Terkadang kita memang harus menengok burung pipit yang terbang pagi-pagi mencari makan, dan kembali pulang ketika temboloknya telah penuh. Seekor ayam yang memakan biji-bijian secukupnya, dan kemudian mencari lagi esok hari. Tidak ada burung pipit atau ayam yang mencari biji-bijian membawa karung dan berfikir bahwa ia harus menyimpan makanan agar tidak kehabisan, dan tidak perlu berbagi dengan sejenisnya atau hewan lainnya.

baca juga : Air Mata Gunung
Sawah Beton

Dalam suatu riwayat, ada seorang ibu memberikan air putih untuk anak-anaknya untuk menunda lapar. Dia berdalih bahwa dia tengah memasak dan belum matang, sehingga untuk mengusir lapar sang ibu ini memberikan air putih untuk sedikit menyamarkan rasa lapar. Kemudian hal ini di ketahui oleh seorang Khalifah Umar bin Khatab ra. Rasa bersalahpun menusuk perasaan Umar bin Khatab ra. Bagaimana mungkin dia bisa makan enak, sedangkan saudara sesame muslim, atau rakyatnya dalam keadaan susah dan lapar? Kemudian apa yang Umar ra lakukan? Ia pulang ke rumah dan kemudian memanggul sekarung gandum. Ia memanggul sendiri dan di bawa kepada ibu tersebut dan kemudian meminta maaf atas kejadian itu.

Pada masa sekarang, rasa belas kasih dan kasih sayang terhadap sesame kurang di tonjolkan. Sikap tolong menolong sudah terbatas, terbatas dengan kalua aku kenal. Atau bahkan jika sudah digerakkan atau disadarkan. Misalkan tolong menolong dengan harus diviralkan salah satunya mungkin.

Murtadha Muthahari dalam buku Insone Komil menjelaskan bahwa sikap ‘athifah (rasa belas kasih dan kasih sayang) seharusnya dipunyai oleh seorang manusia. Manusia seharusnya dapat menggunakan apa yang ia punya dana pa yang ia dapat kerjakan untuk membantu kepentingan orang lain. Dalam membantu orang lain, Murtadha Muthahari mengajukan syarat, orang yang membantu orang lain tidak mengganggu kebutuhan pokoknya, serta tidak merampas hak orang lain.

Dalam konsep membantu sesama, baru-baru ini viral sebuah kedai makan yang tidak mematok harga serta tidak menyediakan kasir. Kedai ini hanya meberikan sebuah kotak infaq untuk menaruh uang pembayaran. Padahal kedai ini juga tidak memberika daftar harga pada menu-menunya, lantas bagaimana para pembeli membayarnya?

Konsep ini mungkin sudah banyak diketaui di kalangan muslim, namun akan sangat mengundang tanda tanya untuk kalangan ekonom barat atau yang suka dengan teori-teori ekonomi modern. Padahal konsep ini sebenarnya lebih menguntungkan. Missal ada seorang yang datang lapar dan membutuhkan, dia bisa membayar sepunyanya atau boleh tidak membayar. Jika dia tidak ketemu dengan tempat ini, untuk membuat perutnya kenyang mungkin dia akan merampas hp, atau mencuri sesuatu untuk dimemenuhi kebutuhan perutnya.

Disisi lain, orang yang mempunyai lebih pasti akan gengsi jika memasukkan uang ke kotak infaq dengan nominal kecil, atau bahkan dengan kesadaran ia berniat untuk menginfaqkan sebagian rejekinya. Sehingga apa yang ia berikan bisa di subsidikan dengan saudara-saudaranya yang membutuhkan dan makan di tempat tersebut.

Lantas bagaimana mengetahui siapa yang bayar? Siapa yang tidak bayar? Siapa yang berniat berinfaq? Siapa yang hanya sekedar sombong ingin terlihat mempunyai uang lebih? Yang pasti pemilik kedai telah memasrahkan semua kepada Tuhan, dia hanya mengelola saja. Karna pemilik kedai tahu, bahwa tuhan maha melihat dan mengetahui.

Pernah suatu ketika, sholat di masjid sekitar kampus. Disekitaran masjid, terutama disekitaran area parker ada tulisan “Kawasan ini diawasi cctv”. Sontak naluriah seorang mantan tukang pemasang cctv, aku mencoba mencari instalsi cctv terssebut. Clingak-clinguk, mencari dimana dipasang camera cctv tersebut. Beberapa kali aku edarkan pandangan di sudut-sudut masjid. Bahkan dalam kamar mandipun aku edarkan, sapa tahu cctv dipasang di kamar mandi.

Ternyata yang penasaran bukan hanya diriku, tapi juga temanku. Diapun tidak juga menemukan satu kamerapun terpasang. Hingga akhirnya kami menyadari bahwa ternyata yang dimaksud diawasi oleh cctv adalah cctv Tuhan.

Posting Komentar

0 Komentar