Pasar Sunggingan Boyolali

Pasar Sunggingan Boyolali
(Sigit Prasetyo)
Pasar Sunggingan merupakan salah satu pasar tradisional yang berada di
Foto depan Pasar Sunggingan
Pagi hari
Kecamatan Boyolali. Letak pasar cukup strategis karena dekat dengan pusat kota, serta dekat dengan desa-desa yang membutuhkan keberadaan pasar tersebut. Selain tempat yang strategis trasportasi umum juga alasan kenapa pasar ini strategis. Trayek beberapa kendaraan umum melawati Pasar Sunggingan. Mulai dari angkutan kota, beberapa trayek angkutan desa, serta bus antar kecamatan.


Pasar Sunggingan sempat mengalami renovasi. Setelah renovasi  wajah Pasar Sunggingan menjadi lebih tertata, serta lebih luas karena bangunan Pasar Sunggingan menjadi dua lantai. Bagian luar berderet toko-toko, mulai dari toko sembako, toko baju, toko mainan anak-anak, apotik, toko emas, toko pakan ternak dan masih banyak lagi. Masuk kedalam juga telah terpetak-petak pembagian sesuai dengan jenis barang yang dijual. Di sebelah bawah bagian barat sampai tengah agak ke timur, di alokasikan untuk penjual baju, celana, kain dan sebagainya. Di bagian timur, di alokasikan untuk alat-alat rumah tangga, alat-alat berkebun, maupun alat-alat berternak.  Di lantai atas terdapat tiga bagian, bagian barat, tengah dan timur. Di barat terdapat musola serta kamar mandi, kemudian berjajar lapak-lapak sayur-sayuran, bumbu-bumbu, dan bahan-baham dapur lainnya. Masih di bagian barat paling timur, terdapat lapak khusus untuk penjual daging, mulai dari daging ayam, sapi, bahkan babi semua telah di beri lapak sensiri di blok tersebut. Di bagian tengah sebelah utara digunakan sebagai  tempat parkir, kemudian sebelah selatan diperuntukkan untuk pedagang buah. Sebelah timur kembali digunakan untuk ikan-ikan seperti bandeng dan sejenisnya dan bumbu-bumbu, warung-warung makan.

Selain pembagian tersebut, ada banyak jalan masuk ke masing-masing blok tersebut. Setiap blok biasanya ada 4 pintu, di atas dua dan di bawah dua dari depan pasar dan belakang pasar. Di pintu atas bisa melalui tangga. Fasilitas ini tentu saja memudahkan pembeli karna tidak akan sulit untuk menemukan barang yang di dibeli. Dan bisa langsung menuju ke tempat dimana barang yang dicari di jual.
Suasana masih gelap, embun pagi serta udara yang sejuk masih terasa. Namun hiruk pikuk Pasar Boyolali dimulai dari sebelum matahari terbit. Para blantik ayam bersiap dijalan dekat pasar untuk mencegat embok-embok (Ibu-ibu) memakai jarik yang membawa ayam kampung untuk di beli dan kemudian di jual kembali. Embok-embok yang lain menggendong temblok membawa dagangan berupa hasil kebun seperti pepaya, pisang, dan lain-lain. Yang dari penjualan itu mereka akan berbelanja dibpasar juga.

Pengusaha-pengusahaa kecil yang membuat susu kedelai, mentho, cucur dan jajanan pasar lainnya tak lupa menggelar lapaknya di pinggir-pinggir toko yang belum buka. Tukang-tukang sayur yang mencari barang dagangan untuk di jual kembali, lalu lalang mencari bahan dagangan, serta mencari pesanan dari pelanggan-pelanggannya. Penjual bubur, nasi jagung dan soto sudah mendahului mereka menggelar dagangannya, menyiapkan sarapan pagi untuk mereka yang ke pasar pagi buta dan belum sempat sarapan.                                                                                               
Tercium aroma-aroma harum dari penjual ayam dan lele goreng. Wangi bunga mawar, serta polusi kendaraan tukang sayur dan truk-truk pengangkut barang dagangan dari kota lain. Setelah keranjang-kerangjang sayur mereka penuh, tukang-tukang sayur bergegas berkeliling menjajakan sayur mereka ke desa-desa langganagan. Biasanya barang-barang dari pengusaha kecil yang dibawa oleh tukang sayur dapat di kembalikan kembali jika tidak laku dijual, tentunya hal ini sudah  disepakati oleh pengusaha  dan tukang sayur.

Baca juga : Orang Solo

 Setelah tukang sayur berangsur-angsur meninggalkan pasar, matahari telah menunjukkan wujudnya di sebelah timur. Suara-suara gembok terdengar, toko-toko mulai bersiap menyambut pelanggannya. Tukang parkir menyusulnya. Yang datang ke pasar pada jam-jam ini antara jam 8-12 biasanya adalah pedagang-pedagang makanan, warung-warung dan resto, serta ibu-ibu rumah tangga.

Suara pasar semakin bising. Banyak logat-logat khas Boyolali terdengar, dengan sapaan, kata-kata menawarkan barang, dan tawar menawar dalam jual beli. Thuk thok thuk thok, suara dokar (delman) mulai berdatangan dan berjejer menunggu orang-orang keluar dari pasar. Kuli-kuli panggul mulai sibuk bongkar muat dagangan-dagangan yang baru datang serta yang akan di kirim. Se se se, amit, jarang pamas-jarang panas, mit amit nyuwun sewu, teriak tukang panggul untuk memberi tahukan bahwa ia sedang membawa barang berat dan minta untuk di kasih jalan.

Orang-orang yang sering kepasar biasanya sudah menpunyai langganan, sehingga mereka langsung menuju ke tempat langgangnan tanpa memperhatikan penjual lain, selain langganannya. Ada beberapa orang yang tidak setiap hari ke pasar, mereka le pasar biasanya hanya jika ada keperluan tertentu. Yang menarik adalah ada beberapa orang terkadang pada saat hari libur mengajak anak atau cucu mereka hanya untuk berbelanja kebutuhan dapur, sekaligus membeli soto. Sehingga seakan-akan tujuan mereka hanyalah membeli soto di pasar, bukan berbelanja.

Seperti halnya warung makan, mereka telah memiliki langganan penjual sendiri. Mereka membawa catatan apa saja yang harua di neli dan kemudian datang kepwnjual langganannya. Biasanya kalau audah langganan, tidak akan ada proses tawar menawar. Antara pembeli dan pedagang sudah tau harga pasaran, bahlan para penjual biasanya hafal barang apa saja yang mereka butuhlan. Jika harga barang baru naik, biasanya penjual akan memberitahu terpebih dahulu barang apa saja yabg naik. Dan jika keadaan  barang tinggal sedikit, atau kualitas barang tidak seperti biasanya mereka akan langsung terbuka.

Tawar menawar terjadi ketika pembeli jarang, atau bahkan baru pertama kali berbelanja di penjual tersebut. Biasanya mereka saling berargumen satu sama lain untuk mendapatkan barang dengan harga yang mereka kehendaki. Akan tetapi untuk barang-barang seperti sayur, bumbu-bumbu dapur, ikan, biasanya tidak akan turin jauh. Berbeda saat kita membeli pakaian, harganya bisa ditawar hingga limapuluh persen.

Hal ini dikarenakan, sayur-sayur ini sebenarnya pengambilan untungnya tidak terlalu besar. Biasanya para pedagang akan melepas barangnya jika dinilai sudah lebih dari harga beli, meskipun tipis. Pertimbanhannya adalah agar mereka bisa berlangganan di tempatnya. Serta karena memang sayur-sayuran ini biasanya tidak bisa tahan lama, sehingga memerlukan perputaran yang cepat agar penjual tidak mengalami kerugian.

Keadaan ini akan berbeda pada blok pakaian. Blok pakaian merupakan blok yabg cukup besar di pasar Sunggingan. Biasanya para pembeli kebanyakan tidak mempunyai langganan, meskipun tak sedikit pula yang mempunyai langganan tetap. Meskipun sudah berlangganan, harga tersebut seringkali masih di tawar. Kemampuan tawar menawar pebih di perlukan ketika membeli pakaian daripada membeli sayur. Penjual hiasanya membuka dengan harga tinggi. Kemudian penjual akan menawar, biasanya mereka menawar antara tigapuluh persen sampai limapuluh persen dari harga yang ditawarkan. Jika tawar menawar berjalan a lot, biasanya pembeli akan pura-pura menyerah, dan meninggalkan tempat penjual untuk ke tempat lain. Biasanya para penjual akan menyerah memperthankan harga dan kemudian memanggil orang yang menawar kembali, jika memang harga tersebut cocok dan masih dalam untung. Jika tidak, maka penjual akan membiarkannya pergi. Ada beberapa pembeli yang akan kembali setelah tidak terjadinya kesepatakan harga, dan mereka coba menawar untuk yang terakhir. Tawar menawar yang terakhir ini jika terjadi, selisih dengan harga terakhir yang diajukan tidak akan jauh, kisarannya hanya limaribu sampai sepuluhribu saja. Jadi, harga pakaian di Pasar Sunggingan, murah atau tidaknya twrgantung kepda kelihaian dalam menawar.

Para penjual pakaian sedikit diuntungkan daripada para penjual sayuran. Pertama karena barang yang dijual lebih awet. Kedua, mereka bisa menaikkan harga sampai limapuluh persen dari harga beli. Ketiga, barang yang mereka jual, kebanyakan bisa dikembalikan ke distributor ketika tidak laku. Namun, penjual pakaian lebih memilij menjual dengan untung yang tipis daripada barang harus lama mengendap ataupun harus di kbalikan ke distributor.

Tolong menolong di kalangan penjual sangat terlihat. Di antara penjual pakaian, biasanya mereka akan saling membantu ketika barang yang di cari konsumen sedang kosong, mereka akan mengambil dari penjual yang lain. Dan yang paling kentara adalah ketika mereka butuh kembalian, mereka dengan ikhlas membantu dengan cara memberikan penukaran uang pecah, meskipun mereka juga membutuhkan uang pecah untuk kembalian juga.

Penjual dan pembeli juga terikat hubinga yang baik, bulan hanua saja di dalam proses jual beli. Bahkan sampai hubungan di luar jual beli, terutama hal ini terjadi kepada pelanggannya. Jika salah satu pelanggan tidal terlihat berbelanja, maka akan di tanyakan ketika dia kembali berbelanja. Kenapa kemarin tidak belanja? Apa sakit? Apa kemarin libur? Dan sebagainya untukengetahui sebabnya. Tidak hanya itu, jika mereka mendengar pelanggan sakit dan dirawat dirumah sakit, pedagang ini menengoknya. Begitu pula pada saat yang bahagia, misal pelanggan baru ada hajat, mantu atau sunat, kereka di undang untuk meberikan doa restu. Hal ini juga berlaku ketika pedagang mengalami hal serupa.

Dibanding blog pakaian, blok atas atau blok sayur dan semacamnya terlihat lebih ramai. Hampir setiap jam setiap waktu blok ini selalu ada orang yang mau berbelanja. Berbeda dengan blok pakaian, yang nampak hanya ada satu dua pada hari-hari biasa. Keramaian biasanya akan meningkat ketika hari pasaran dalam jawa jatih pada hari pahing, di susul kemudian hari kliwon. Terkhusus pahing, penjual musiman akan berbondong-bondong datang, begitu pula pembeli yang juga meningkat.

Biasanya penjual musiman ini menggelar lapaknya di luar pasar, di jalan-jalan menuju pasar. Ada yang berjualan alat pertanin, menjual ikan hias, menjual bunga, bakan juga tukang pngkas rambut. Selain hari pasaran selama Ramadhan terutama mendekati hari H pasar akan semakin ramai, bahkan di banding hari pasaran.

Selain pedagang dan pembeli, Pasar Sunggingan juga dimeriahkan dengan para pengamen. Hampir tak berselang lama para pengamen silih berganti mencari receh. Ada yang pakai ukulele, ada tang ukulele dengan kendang paralon, ada yang hanya dengan icik-icik. Hal ini sudah di antisipasi oleh pedagang dengan menyiapkan uang receh yang di tempatkan tersendiri. Namun terkadang ketika ramai, mereka tidqk memberikan karna saking sibuknya. Selain pengamen juga rerdapat orang yang meminta-minta.

Para pedagang pakaian biasanya akan tutup sekitar pukul tiga sore sampai empat sore. Sedangkan untuk penjual sayur, buah dan semacamnya kebanyakan tidak ada patokan tertentu. Ada yang jika terlihat pasar mulai sepi mereka langsung ikut tutup. Ada yang melihat stock barang, jika sudah sedikit bahkan habis, mereka akan pulang meskiun masih pagi atau pasar masih ramai. Ada pula yang berdasarkan jam. Ini sama haonya dengan toko-toko, namun kebanyakan mereka berpatok ada jam dan ada yang buka sampai malam.

Saat sore hari ketika di dalam pasar sudah mulai sepi, di luar pasar nampak pedagang kakilima mulai mendirikan tenda membuka lapaknya. Banyak berjajar pedagang kaki lima pada sore dan malam hari, terutama di depan pasar. Berderet-deret penjual mie, bakso, sate, lamongan,  bahkan sampai angkringan. Biasanya mereka buka sampai tengah malam. Untuk HIK bahlan sampai pagi.

Kekurangan pasar ini adalah sampah, meskipun rapi namun tempat sampah jarang terlihat. Di beberaoa bagian tempat tercium bau busuk khas sampah. Namun uniknya memang hanya bau saja yang tercium, tumpukan sampah tidak terlihat. Selain itu ketika hujan, dibparkiran atas akan becek dan akan berpengaruh kedalam pasar. Becek-necek tersebut dibawa oleh alas kaki pengunjung, dan akhirnya di dalam pasar ikut becek.

Posting Komentar

0 Komentar