Bola, Air Mineral dan Senyummu
Panas menyengat dikepala, keringat mengalir menuju dagu. Satu bola masih direbutkan hampir delapan belas orang. Ini memang bukan permainan sepakola dengan sebelas pemain di kedua tim, ataupun futsal dengan lima pemain di tiap tim. Permainan ini lebih sepeti street footbal, pertandingan bola dilapangan basket, setiap tim terdiri sembilan orang dan tiang basket sebagai tanda pencetak skor. Jadi setiap tim yang dapat mengenai tiang ring basket akan mendapatkan point. Begitulah kiranya kami mengisi waktu luang dari selesai pembelajaran menuju ke jam les tambahan untuk menyambut Ujian Nasional. Baca juga : Surat Terbuka, jalur pribadi telah tertutup , Sawah Beton
Aku sangat menikmati permainan ini, karena persiapan ujian ini mengurangi waktuku menonton televisi. Menonton kartun favorit serta meonton pertandingan bola. Kartun sekarang tak lagi menarik setelah hadirnya sensor dari KPI. Entah kenapa beberapa kartun di sensor, padahal aku dan teman-temanku tak pernah berfantasi yang aneh-aneh. Kami menonton kartun hanya untuk menikmati alur ceritanya. Sampai sekarang aku tidak tau bagaimana pola pikir KPI. Bahkan terakhir kali di KPI ada kasus yang mncuat yang menyita perhatian publik, bahkan ibuku dirumah ikut membicarakannya, dan aku tak mau tau kasus apa itu.
Permainan siang ini skor kedua tim masih imbang, kelas kami lima kelas sebelah lima. Pertandingan masih menyisakan sekitar lima menit sebelum bel masuk kelas berbunyi. Bola masih bergulir di tengah lapangan. Tegar dan Topik masih mencoba merebutnya dari Emon anak kelas sebelah. Anak-anak yang tak ikut dalam permainan memperhatikan dari pinggir lapangan. dari gedung lantai dua, anak-anak perempuan menyaksikan prtandingan, dan sesekali mereka bersorak-sorai menikmati pertandingan. Sungguh panggung untuk anak laki-laki mencari perhatian dari lawan jenis.
Sejujurnya bagian ini yang tidak aku sukai, anak-anak lebih sering melakukan pergerakan-pergerakan yang tidak penting agar terlihat jago, mencoba mendapatkan perhatian dari primadona sekolah. Namun sayangnya kebanyakan gerakan-gerakan tersebut justru malah membahayakan tim karena biasanya skill yang mereka pertontonkan gagal, dan bola bisa direbut oleh lawan.
Topik dan Tegar masih belum dapat merebut bola, dengan waktu yang terus berkurang. Sejago apapun emon kalau di presing dua orang dia juga akan kewalahan. Bola mulai tidak trkontrol dari kaki Emon. Dia mulai mencari teman utuk di umpan, dan beruntungnya aku dapat membaca gerakan itu, aku sedikit longgarkan seolah temannya terbebas dari penjagaan. Dan bam, mereka masuk perangkap. Bola yang di umpan Emon bisa ku potong. Bola ku umpan ke Tegar, aku lari naik ke pertahanan lawan. Tegar yang dibayangi Emon mngumpan bola ke Topik yang kemudian bola dikirim kepadaku yang tengah berlari, bola ku tenang ke arah tiang. Semua orang memndang bola yang kutendang, dan sepersekian detik kemudian bunyi tiang terkena bola terdengar yang kemudian di ikuti tepuk tanangan dan sorak sorai penonton.
Aku berlari merayakan gol kemenangan ini, disusul Topik dan Tegar. Berlari menuju kerumunan teman-teman kelas, mereka bersoak sorai kegirangan. Namun ada seorang yang tak terlihat, mungkin ia tengah belajar didalam kelas, dan tak tertarik dengan hal seperti ini. Mungkin juga ia ingin fokus untuk menghadapi Ujian Nasional. Seketika itu gol dan selebrasiku tak ada makna.
Tak berselang lama bel masuk berbunyi, sekaligus mengakhiri pertandingan siang ini. Kemenangan untuk kelas kami. Aku berjalan menuju ke kamar kecil untuk sekedar membasuh muka dan membersihkan badan. Keluar dari toilet, aku melangkahkan kaki menuju ke kantin untuk mencari minum sebelum masuk ke kelas. Aku berjalan sambil merapikan pakaianku yang acak-acakkan. Sampai di dekat kantin ada tangan menyodorkan airmineral.”Ini air mineral untukmu. Kamu kehilangan banyak cairan. Dan air putih cukup baik utuk kesehatan dan mengganti cairan tubuh yang hilang.” Mataku perlahan berpindah dari menatap botol menuju memandang wajah manis yang memberikan air mineral, seketika tubuh mematung ketika mata telah sampai kepada wajahnya. “Gol dan permainan yang baik, selamat untuk kemenangannya.” sambil tersenyum ia menimpali perkataannya yang kemudian di akhiri dengan senyumannya yang anggun. “Termakasih Intan.” jawabku dengan terbata-bata dan dengan muka yang memerah.
0 Komentar