Bagaimana kabar dirimu? Aku harapkan sehat selalu. Tak usah risau, walau diluar sana banyak pohon tumbang karna angina kencang, disini aku masih berdiri tegap. Alhamdulillah sehat lahiriyah. Lama tak berkabar apalagi bersua, adakah perubahan pada dirimu? Walau baru beberapa bulan lalu kita makan nasi goreng di sebuah warung kaki lima. Di belakang salah satu universitas, namun itu bagiku sudah terasa lama. Ingin rasanya bisa terulang di waktu yang akan datang.
Lama kita tak berdiskusi mengenai hal-hal yang ada disekitar kita, peristiwa-peristiwa yang genting, ataupun kejadian yang remeh temeh. Aku yakin di tengah-tengah kesibukanmu bekerja kamu masih tetap aware dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di negeri ini, atau peristiwa-peristiwa penting lainnya. Ya meskipun itu hanya sebuah warta dari sebuah aplikasi chat, Line Today.
Dalam beberapa waktu belakangan, hangat di perbincangkan mengnai kenaikan iuran BPJS, pencabutan subsidi gas LPG tiga kilogram, dan beberapa kebijakan yang lain. Entahlah apa yang dimaksudkan pemerintah dengan kebijakan tersebut. Apakah mereka mencoba memberikan kebijakan yang tepat sasaran? Atau hanya untuk menghemat anggaran? Akupun tak begitu paham. Bagaimana menurutmu kebijkan ini? Analisismu kaya apa?
Berbicara tentang mereka yang menentukan kebijakan, mereka pastilah orang-orang punya kekuasaan. Ya meskipun sebenarnya kekuasaan mereka juga karna titipan dari suara kita dalam pemilihan umum. Lupute, setelah pemilihan suara kita tak lagi punya power dihadapan mereka .
Sepengetahuanku, yang masih sedikit membaca dan masih perlu banyak belajar ini, ada sebuah teori yang dibuat oleh seorang filsuf. Kekuasaan, adalah suatu hal yang harus untuk mewujudkan untuk memperoleh manusia unggul. Kekuasaan ini boleh didapat dengan cara apa saja. Baik itu janji palsu, tipu daya, menindas orang lain dan hal-hal lain yang keji. Bahkan dalam teorinya, kelemahan. Kelemahan ini disebutkan seperti belas kasih, kasih sayang, kesetaraan hidup dan hal-hal baik untuk mengasihi sesame di sebut adalah sebuah bentuk kelemahan.
Manusia seharusnya tidak lagi menggunakan manusai itu setara, seharusnya etika ini di ganti dengan etika baru. Menurut teori ini, tidak seharusnya manusia yang lebih unggul disamakan dengan orang-orang yang lemah. Orang-orang yang lemah seharusnya di tindas dan disingkirkan, sehingga yang tersisa hanyalah manusia unggul (superior). Bagitulah kiranya yang aku baca di Buku “Manusia Seutuhnya” karya Murtadha Muthahari. Entahlah teori mana yang para pemangku kebijakan pakai.
Memang ya, mencari keburukan orang lain itu gampang. Gampang banget malah. Tapi ayo coba tengok apa saja hal positif yang sudah dilakukan oleh pembuat kebijakan. Dari portal media online menyebutkan bahwa inflasi cenderung stabil, terus apalagi ya? Hmmm, mungkin benar kata orang. Mencari kekurangan itu mudah. Namun mencari hal positif itu sedikit perlu tenaga ekstra.
Yah, semoga saja apa yang diputuskan pemerintah adalah suatu yang dicoba untuk kebaikan masyarakat. Dan masyarakat bisa memberi masukan ke pengelola negara serta di sengar.
0 Komentar