Orang Solo

Semester akhir di Perguruan tinggi sangat di plot untuk mengasah kemampuan diri mahasiswa. Mahasiswa akan di asah melalui program KKN, KKL, sampai PPL. KKN KKL telah terlahap dengan baik kemarin, sekarang tinggal PPL yang kiranya akan sedikit jauh dan jarang pulang ke rumah. Katanya sebelum berangkat dia ingin ketemu dulu.

Sore hari ia datang ke rumah. Tak jemu dan tak bosan, ia selalu bisa membuatku kagum. “Assallamualaikum”, suara halus nan menenangkan hati. Aku menjawab salamnya dan mmempersilahkan duduk. Setelah duduk ia menyodorkan es coklat yaang ia bawa, “Ini buat kamu”.

Dia bercerita bagaimana ia memasuki dinia pekerjaaan, dan bagaimana saling jegal di antara rekan sekerjanya. “Kenapa orang baik itu selalu di manfaatkan ya?”. Ketika mereka mau minta tolong, orang-orang akan menjadi manis terhadap mu, dan ketika sudah tertolong dia tidak akan tau terimakasih. Bukan masalah tak mau berterimakasih, tapi dia cuma mau untung saja tanpa memperdulikan orang yang dimintai tolong.

Tak terdengar apa yang dia katakan. Kemudian ia mencubitku, dan raut mukaku jadi malu karna daritadi aku hanya memandanginya kagum. Ku minum es coklat yang ia bawa, dan aku mengalihkan pembicaraan agar masih nyambung di antara kami.

Esok harinya aku berangkat, dengan menggunakan mobil dinas dari Fakultas. Aku dengan 3 temanku di berangkatkan ke Solo. Orang solo katanya terkenal ramah, namun aku belum percaya seratus persen. Karna aku baru sebatas mendengar, belum membuktikan.

Baca juga: Pasar Sunggingan Boyolali

Sampai di tempat PPL sekitar duhur. Kami sampai di kos di sambut hangat oleh pemilik kos. Mak Surat, begitu ia mengenalkan dirinya. Kami di sambut layaknya anak yang lama tak berkunjung ke rumah orangtuanya. Kami masuk membawa barang-barang kami ke dalam kamar, menata barang-barang ke dalam kamar agar rapi.

Dan barulah percaya kalau orang Solo itu ramah ketika masuk hari ketiga. Mak Surat memperlakukan kami seperti anak sendiri, meskipun disini kami cuma anak kos. Kadang kita di buatin minum teh, di beri biskuit dan beberapa makanan lain. Di kos ini ada anak lain pula yang tengah menimba ilmu di Solo.

Kalau kata orang Solo, yang bikin rusuh dan ndak sopan bukanlah orang Solo, namun pemdatang. Dan memang benar adanya, seperti itu selama pengelihatan ku. Mak Surat juga membuka warung di depan rumah, kami makan selalu disitu. Anak-anak kos disini juga makan di warung Mak Surat.

Mak Surat yang baik, memberikan fasilitas lebih dari apa yang seharusnya di berikan untuk anak-anak kos. Namun pada akhirnya, kabaikan Mak Surat di manfaatkan annak-anak kos. Mereka mengambil gorengan empat, yang di bayar dua. Mereka juga kurang sopan, fan terlalu menyepelekan Mak Surat yang memang dari segi pendidikan hanya tamat SD. Dan setelah saya telusuri, mereka memang bukan orang asli Solo.

Posting Komentar

0 Komentar