Susu dalam Program Makan Gratis dan Potensi Susu Sapi Boyolali

Presiden terpilih Prabowo Subianto tengah mempersiapkan program makan gratis yang dijadwalkan akan dimulai pada Januari 2025. Program ini merupakan salah satu program yang di janjikan saat kampanye pemilihan presiden kemarin. Program makan gratis ini diharapkan dapat menanggulangi masalah kelaparan, meningkatkan gizi anak, peningkaran konsentrasi dan prestasi akademik anak serta bentuk dukungan untuk keluarga berpenghasilan rendah. Salah satu fokus dalam program ini adalah penyediaan susu sebagai salah satu komoditas yang mendukung gizi masyarakat. Namun, di balik semangat dan ambisi program makan gratis tersebut, muncul isu yang tak kalah penting: kelangsungan hidup peternak sapi perah di daerah penghasil susu seperti Boyolali. Boyolali, yang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil susu terbesar di Indonesia, saat ini tengah menghadapi krisis yang sangat serius terkait dengan pendistribusian susu. Kisah yang muncul belakangan ini mengenai peternak dan pengempul susu sapi yang terancam merugi dan terpaksa membuang hasil produksi. Mereka seharusnya menjadi perhatian bersama. Dalam tulisan ini, kita akan membahas hubungan antara program makan gratis, keberlangsungan peternak sapi perah, dan bagaimana kisah protes peternak dan pengepul susu di Boyolali menjadi gambaran penting mengenai dinamika pangan dan pertanian di Indonesia.

Program Makan Gratis: Harapan atau Tantangan?
Program makan gratis yang saat ini sedang dipersiapkan oleh Presiden Prabowo Subianto merupakan salah satu janji utama dalam kampanye pemilu 2024. Menurut rencana, program ini makn gratis ini akan dimulai dan dilaksanakan pada 2 Januari 2025, dengan target utama untuk mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan nutrisi anak di Indonesia. Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap warga negara, terutama anak-anak dan keluarga yang rentan secara ekonomi, memiliki akses terhadap makanan bergizi setiap hari. Susu menjadi salah satu komoditas yang dipilih karena kandungan gizinya yang sangat baik bagi tumbuh kembang anak-anak, serta mendukung kesehatan tubuh secara umum.
Dikutip dari kemendikbudristek, susu memiliki segudang manfaat, diantaranya adalah mengandung kalsium yang baik untuk gigi dan tulang, hingga protein dan vitamin yang dibutuhkan untuk menjaga berat badan ideal, memelihara kesehatan jantung, dan meningkatkan kinerja otak. Oleh sebab itu, program makan gratis yang salah satu konponen makanannya adalah penyediaan susu ini, diharapkan bisa membantu meningkatkan angka kecukupan gizi, mengurangi stunting dan meningkatkan kecerdasan anak-anak sebagai penerus bangsa. Namun, rencana besar ini tidak lepas dari tantangan besar, salah satunya adalah masalah pasokan susu segar yang melibatkan peternak sapi perah.

Permasalahan Peternak Sapi Perah Boyolali
Boyolali dikenal sebagai “Kota Susu”. Kota ini adalah salah satu daerah penghasil susu terbesar di Indonesia, dengan ribuan peternak sapi perah yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Setiap harinya, peternak di Boyolali mampu menghasilkan ribuan liter susu yang dipasok ke berbagai industri pengolahan susu dan penjual susu sapi segar di wilayah Solo Raya. Sayangnya, belakangan ini, peternak-peternak ini menghadapi masalah besar. Berita terbaru yang mengejutkan datang dari UD Pramono, sebuah usaha dagang yang selama ini menjadi penampung susu dari lebih dari 1.300 peternak sapi perah di Boyolali dan Klaten. UD Pramono terpaksa menghentikan operasionalnya karena rekening mereka diblokir oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terkait masalah pajak.
Keputusan KPP tersebut mengakibatkan masalah serius bagi para peternak. Tanpa adanya tempat penampung susu yang dapat menerima hasil panen mereka, peternak tidak bisa mendistribusikan susu mereka ke pasar.
Belum selesai permasalahan UD Pramono, di Boyolali kembali muncul masalah lain terkait dengan Susu Sapi. Dalam dua hari terakhir, peternak sapi perah di Boyolali telah melakukan protes untuk menuntut agar susu mereka bisa diterima oleh industri pengolahan susu Pada hari pertama pada Jumat, 7 November 2024, mereka melakukan aksi bagi-bagi susu gratis di simpang siaga Boyolali sebagai bentuk protes. Sementara pada hari kedua Sabtu, 8 November 2024, mereka melakukan aksi protes yang lebih dramatis dengan mandi susu di tempat yang sama. Protes ini dilakukan karena produk susu tidak terserap oleh industri pengolasan susu. Hal ini disinyalir karena industri pengolahan susu lebih memilih susu impor karena harga yang lebih murah. Susu merupakan komuditas yang mudah basi dalam suhu ruangan, sehingga peternak tidak memiliki banyak waktu untuk mencari solusi lain dan pada akhirnya memilih membuang susu berton-ton ke TPA, kebun dan tempat-tempat lain.
Aksi protes ini menggambarkan betapa terdesaknya kondisi para peternak sapi perah setelah keran impor susu dibuka. Mereka sudah bekerja keras untuk memproduksi susu berkualitas, namun karena industri pengolahan lebih memilih susu impor menyebabkan pasokan susu lokal tidak terserap, dan membuat hasil panen mereka justru terbuang sia-sia. Peternak tidak hanya kehilangan pendapatan, tetapi juga menghadapi ancaman kebangkrutan karena biaya operasional yang terus berjalan, meskipun tidak ada pemasukan dari hasil susu.

Menghubungkan Program Makan Gratis dan Keberlangsungan Peternak
Program makan gratis yang dijanjikan oleh pemerintah seharusnya menjadi kabar baik bagi masyarakat, terutama dalam hal peningkatan status gizi. Namun, tanpa adanya kerjasama dan perhatian serius terhadap peternak lokal, program ini bisa berisiko tidak berjalan dengan optimal. Peternak sapi perah adalah sektor yang vital dalam penyediaan susu di Indonesia. Mereka adalah ujung tombak dalam rantai pasokan susu segar yang kemudian diproses menjadi produk-produk olahan susu, seperti susu cair, susu bubuk, dan produk lainnya. Jika peternak tidak mendapatkan dukungan yang memadai, maka program makan gratis yang bertumpu pada susu akan kesulitan untuk dijalankan dengan baik. Pemerintah, melalui kementerian terkait, perlu memastikan bahwa mekanisme pasokan susu ke masyarakat berjalan lancar, dengan mendukung keberlangsungan hidup para peternak.
Wacana pemerintah untuk mengimpor sapi untuk memenuhi kebutuhan program makan bergizi gratis, dapat mengancam peternak lokal dan bukan tidak mungkin merka akan gagal mempertahankan usaha mereka. Selain meningkatkan status gizi Nasional, program makan gratis seharusnya bisa menjadi jalan untuk meningkatkan kesejahteraan petani susu sapi perah lokal. Program ini seharusnya bisa berdampak lebih luas ke petani-petani kecil untuk bisa berpartisipasi dalam penyediaan pasokan susu sapi untuk program tersebut. Jangan sampai program ini hanya dinikmati segelintir orang mencari keuntungan pribadi.

Solusi dan Langkah Ke Depan
Untuk memastikan agar program makan gratis bisa berjalan dengan efektif dan menguntungkan perernak. Beberapa langkah perlu diambil. Pertama, penting bagi pemerintah untuk menjalin komunikasi yang lebih erat dengan pemerintah daerah yang potensial menjadi sumber susu nasional. Program makan gratis yang melibatkan susu sebaiknya melibatkan dan memberdayakan peternak lokal. Pembelian susu langsung dari peternak dengan harga yang adil akan membantu menjaga keberlanjutan usaha mereka. Pemerintah juga dapat memberikan subsidi atau insentif bagi peternak agar mereka tetap bisa mempertahankan usaha dan mengembangkan usahanya untuk kebutuhan program makan bergizi gratis dan untuk memenuhi kebutuhan susu nasional.
Kedua, pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang berlaku bagi petani susu perah kecil dan industri pengolahan susu. Regulasi yang tidak ramah terhadap pelaku usaha kecil menengah hanya akan merugikan peternak dan produsen susu lokal. Pemerintah harus memastikan bahwa kemampuan usaha mereka tidak terjerat dalam masalah karena tidak terserapnya produk susu lokal yang akhirnya mengganggu stabilitas pasokan susu ke pasar.
Ketiga, program makan gratis yang melibatkan susu perlu dikawal dengan baik. Pengawasan terhadap terserapnya produk susu lokal akan memastikan bahwa tidak ada susu yang terbuang sia-sia dan justru dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, keterlibatan komunitas peternak dalam program ini akan memberikan dampak positif, baik dari sisi peningkatan gizi masyarakat maupun peningkatan kesejahteraan peternak itu sendiri.
Krisis susu yang dihadapi peternak sapi perah di Boyolali dan daerah-daerah lain menunjukkan adanya celah yang perlu diperbaiki dalam sistem pangan dan distribusi di Indonesia. Program makan gratis yang digagas oleh pemerintah perlu mempertimbangkan keberlangsungan sektor peternakan lokal, agar tujuan meningkatkan gizi masyarakat tidak mematikan peternak kecil. Sebagai bagian dari solusi, penting bagi pemerintah untuk menciptakan kebijakan yang mendukung peternak, serta menjalin kerja sama yang erat antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang potensial, peternak, dan industri pengolahan susu untuk menciptakan sistem produksi dan distribusi yang berkelanjutan. Dengan demikian, program makan gratis bisa benar-benar memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat, sekaligus menjaga keberlangsungan sektor pertanian dan peternakan yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.

Posting Komentar

0 Komentar