Sarjana merah jambu (eps 2) - Si merah mogok

Sarjana merah jambu (eps 2)
Si merah mogok

Aku tertidur selama perjalanan sehingga tak merasakkan panjangnya perjalanan Boyolali-Semarang. Perjalanan Boyolali-Semarang biasanya memakan waktu dua hingga tiga jam. Aku terbangun oleh pengamen kecil yang tengah berada di bus untuk mencari sesuap nasi. Di dalam bus ia menyanyikan lagu Iwan Fals dengan judul Sarjana Muda, seolah menceritakanku yang tengah berusaha mendapatkan pekerjaan. Serta di akhir shownya ia menyanyikan sindirian untuk penumpang yang malas untuk memberi recehan. Salah satu syairnya adalah “sing etok-etok turu tak dongakke lemu koyo sapiku”. Masyaallah, ini pengamen malah punya sapi, dalam batinku sambil senyum-senym sendiri.

Udara panas di Semarang sudah tak asing bagiku. Searang yang dekat dekat dengan laut juga langganan banjir air rob. Aku berkenalan dengan Semarang sedari kecil. Waktu kecil aku sering berkunjung ke Semarang untuk melihat Dukderan. Hampir setiap tahun, setiap bulan Ramdhan aku kesini untuk membeli baju serta melihat Dukderan di pasar Johar Semarang. Dukderan merupakan pasar rakyat, selama sebulan dalam bulan Ramdhan. Disana terdaoat wahana seperti komedi putar, tong setan, wahana-wahana khas pasar malam, dan makanan tradisional. Yang membekas dalam ingatanku adalah kapal otok-otok serta kembang api. Dua benda itu yang selalu aku beli ketika datang ke Dukderan.

Yah itu beberapa puluh tahun yang lalu, kali ini aku menginjakkan kaki di Semmarang untuk tes di sebuah instansi pemerintah. Dan aku sudah menyiapkan segalanya untuk serangkaian tes yang akan aku jalani. Aku persiapkan jasmani dan rohani, serta belajar jauh-jauh hari meskipun sebatas psikotest. Belajar psikotest dari buku yang aku pinjam dan belum sempat aku kembalikan. Aku tak tau mengapa buku ini sering aku baca, sering aku pelajari. Seperti ada magnet dalam buku itu sehingga aku sering membuka dan membaca. Aku juga masih bertanya-tanya, apakah ini karena materi dalam.buku menarik? Apakah materi dalam buku ini bermanfaat bagiku? Atau aku hanya suka kepada sang pemilik buku? Yang pasti dari buku ini aku bisa lolos dari psikotest pada tes kali ini.

**

Serangkaian tes telah berjalan tinggal menunggu pengumuman untuk ketahap selanjutnya. Aku melangkahkan kaki menuju halte untuk kembali ke rumah. Aku duduk di halte cukup lama. Mengistirahatkan diri serta memandang keseblah halte, kira-kira sepuluh meter dari halte. Membayang seorang laki-laki memarkir motornya di pinggir jalan sambil menunggu seorng perempuan di jemput oleh temannya. Masa ini ketika berada dalam masa berjuang mencari perguruan tinggi, sedang ia telah masuk kampus ternama. Dengan motor butut sok-sokan aku menawari dia untuk ku antar sampai Semarang.

Sebelum berangkat motor ku persiapkan dengan sebaik mungkin. kubawa ke bengkel agar lebih nyaman dalam perjalanan. Apalagi ini adalah monent yang langka, bisa mengantar dia ke kempus, dan aku tak mau membuat kesan yang kurang baik. Ku gas dengan pelan-pelan. Sambil menikmati pemandangan Solo-Semarang. Bercerita tida masalah sampai di Salatiga tiba-tiba si merah mogok.

“Eh kenapa ron?” tiba-tiba Sinta panik. Namanya juga manusia sudah berusaha namun tetaplah tuhan yang menentukan. Motor yang sudah disiapkan supaya on fire tetap saja bermasalah. Maklumlah motor tua. Akhirnya terpaksa mencari bengkel terdekat agar perjalanan bisa di lanjutkan.

Beruntung bengkel tidak jauh dari kendaraan mogok. Ada satu antrian di bengkel itu. Berbarengan dengan sampai di bengkel, terdengar suara panggilan sembahyang, adzan luhur berkumandang. Sekalian menunggu kami menuju musola terdekat untuk melaksanakan shoalat. Sebenarnya waktu itu hanya aku yang sholat, namun dia menemaniku berjalan ke musola.

Tak kulihat raut muram gara-gara motor mogok. Selesai dari musola motor juga beres, “Mas ini masalah di businya.”. Aku tak peduli lagi apa yang salah dengan motor, yang penting perjalanan bisa berlanjut dan suasana nyaman tetap terjaga. Kami melanjutkan menuju ke tempat wisata di Ambarawa. Naasnya aku merasakan ada yang tak beres dengan si merah. Beberapa kali gas los, dan tak mau jalan.

“Kita ga usah main aja gimana? Kita langsung ke Semarang aja?” kata Sinta. Dan gagalan jalan-jalan yang di rencanakan. Si merah kembali aku arahkan ke jalan raya Solo-Semarang. Aku tahu dia sebenarnya ada agenda sesampainya di Semarang, jadi aku sedikit mengerti. Aku sedikit memaksakan si merah untuk melaju sedikit lebih kencang lagi. Rekor perjalanan terlama Boyolali-Semarang terpecahkan, empat jam di tempuh gara-gara si merah gak mau kerja sama. Biasanya Cuma dua setengah jam kalau naik motor. Sangat menguras energi. Kami pustuskan untuk menyuplai energi di suatu rumah makan yang menyediakan berbagai sambel. Makanan belum datang, tiba-tiba telfon Sinta berbunyi ......

Baca sebelumnyaSarjana merah jambu (eps 1) - Sebuah Ingus di dalam Bus

Posting Komentar

0 Komentar