MeowTalk, Aplikasi AI yang Mencoba Menerjemahkan Bahasa Meong ke Bahasa Manusia

Di era teknologi yang berkembang pesat dan hiburan sering bertemu di layar ponsel, sebuah aplikasi baru mencoba menjawab pertanyaan klasik para pecinta kucing, “Apa maksud suara meong itu?” MeowTalk, aplikasi besutan dua ilmuwan komputer Sergei Dreizin dan Mark Boyes dari perusahaan perangkat lunak Akvelon di Washington, mengklaim bisa menerjemahkan suara kucing menjadi kalimat yang lebih manusiawi—mulai dari “Aku lapar!” hingga “Aku kesal.”

Ide awalnya sederhana tapi menggoda. Dreizin percaya setiap kucing punya “kosakata” sendiri dan pemilik bisa lebih memahami peliharaan mereka jika benar-benar memperhatikan. Aplikasi ini bekerja dengan merekam suara meong, lalu memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengklasifikasikan nada dan pola menjadi sembilan frasa dasar. Pengguna bisa memberi penilaian seberapa akurat terjemahan tersebut, yang kemudian melatih ulang algoritma agar semakin pintar. Sejak diluncurkan akhir 2020, MeowTalk telah diunduh lebih dari 20 juta kali dan menganalisis lebih dari satu miliar suara meong. “Kami mungkin jadi penyimpan meong terbesar di galaksi,” seloroh Dreizin.

Fenomena MeowTalk muncul di tengah tren teknologi yang ingin menjembatani komunikasi manusia dan hewan peliharaan. Ada juga FluentPet, misalnya, yang melatih kucing menekan tombol untuk menyampaikan keinginan seperti “main” atau “makan.” Namun, tidak semua pakar sepenuhnya yakin. Charlotte de Mouzon, ahli perilaku kucing dari Universitas Paris Nanterre, menilai keakuratan aplikasi semacam ini masih perlu dibuktikan. Meski begitu, ia mengakui bahwa upaya membuat pemilik lebih peka terhadap bahasa tubuh dan suara kucing selalu positif. “Kalau orang jadi lebih memperhatikan kucingnya, itu sudah langkah maju,” ujarnya.

Kucing sebenarnya berkomunikasi lewat banyak cara, diantaranya adalah dengan aroma, bahasa tubuh, dan gerakan ekor. Menariknya, kucing dewasa jarang mengeong ke kucing lain, meong lebih ditujukan untuk manusia. Penelitian menunjukkan nada suara bisa berbeda tergantung situasi, seperti menunggu makan, dibelai, atau merasa cemas. MeowTalk memanfaatkan temuan itu dengan melatih model AI menggunakan puluhan ribu rekaman meong yang dikumpulkan para peneliti.

Tentu, aplikasi ini bukan sihir. Dreizin dan Boyes sendiri mengingatkan bahwa hasil terjemahan tak selalu tepat. Dalam uji coba, meong kucing de Mouzon pernah diterjemahkan sebagai “I love you,” padahal si kucing hanya meminta makanan segar. Jennifer Vonk, psikolog di Oakland University, juga skeptis. Menurutnya, kucing sudah cukup pandai mengirim sinyal, dan manusia sebenarnya bisa belajar banyak hanya dengan memperhatikan gerak tubuh dan ekspresi wajah si kucing.

Meski akurasinya masih bisa diperdebatkan, daya tarik MeowTalk terletak pada gabungan teknologi mutakhir dan hiburan. Mengarahkan ponsel ke kucing lalu menunggu “terjemahan” yang lucu jelas menghadirkan kesenangan tersendiri. Aplikasi ini menjadi bukti bahwa AI tidak selalu soal produktivitas atau pekerjaan rumit, ia juga bisa menjadi jembatan kecil untuk mendekatkan kita dengan hewan peliharaan.

Pada akhirnya, hubungan manusia dan kucing tetaplah proses belajar dua arah. MeowTalk mungkin membantu kita memahami sebagian, tetapi meong kucing tak akan pernah sepenuhnya terbaca. Dan mungkin itu bagian dari pesonanya, selalu ada sedikit misteri di balik tatapan mata dan suara lembut sahabat berbulu kita.

Posting Komentar

0 Komentar