Apakah Kucing Oranye Benar-Benar Paling Usil? Ilmuwan Mengulik Genetikanya

Dari aksi salto di meja dapur hingga menggigit kaki pemiliknya secara tiba-tiba, kucing oranye, sering disebut kucing super, punya reputasi kocak yang viral di TikTok. Pemiliknya menggambarkan mereka sebagai cerewet, nekat, sekaligus manja. Tapi benarkah warna bulu memengaruhi kelakuan mereka?

Secara ilmiah, kucing oranye bukan ras tersendiri. Warna ini bisa muncul pada Maine Coon, Munchkin, hingga Siberian. Awal 2024, ilmuwan menemukan gen ARHGAP36 sebagai penentu warna oranye. Gen ini menempel pada kromosom X, membuat jantan, yang hanya punya satu X lebih mudah mewarisi warna tersebut. Betina butuh dua salinan gen yang sama, sebab itu kucing oranye kebanyakan jantan. Fakta ini penting, karena kucing jantan memang cenderung lebih ramah dibanding betina, sehingga bisa memberi kesan “supel” pada kucing oranye.

Namun soal kepribadian, bukti ilmiah masih abu-abu. Survei daring yang dimuat di jurnal Anthrozoos pada 2015 menunjukkan banyak orang menganggap kucing oranye paling ramah. Studi lain di Journal of Veterinary Behavior menemukan perbedaan perilaku antarwarna, tapi hasilnya tak sejalan dengan anggapan populer. Peneliti Carlo Siracusa dari University of Pennsylvania justru mencatat kucing oranye “lebih cenderung menunjukkan agresi berbasis rasa takut terhadap orang asing” dan lebih tertarik berburu. Ia menekankan bahwa riset itu mengandalkan kuesioner pemilik, sehingga bias persepsi sangat mungkin.

Meski begitu, sains tetap memberi petunjuk menarik. Sel pigmen pembentuk warna bulu berasal dari sel krista saraf embrio—sel yang juga bisa berkembang menjadi neuron dan sel hormon. Hiroyuki Sasaki dari Universitas Kyushu menyebut mutasi gen seperti ARHGAP36 berpotensi memengaruhi temperamen, walau ia menekankan ini masih spekulasi. Studi lain pada manusia menunjukkan gen yang mengatur warna rambut dapat berkaitan dengan rasa sakit atau respon anestesi, sehingga bukan mustahil satu gen punya efek ganda.

Realitas di lapangan menambah lapisan misteri. Dokter hewan kerap menemui kucing dengan sifat jauh berbeda dari stereotip warna bulunya. Ada kucing oranye yang kalem, ada pula yang superaktif. Seperti kata Siracusa, banyak pemilik memilih hewan peliharaan berdasarkan warna atau ras untuk mendapatkan karakter tertentu, “lalu terkejut ketika perilaku kucingnya justru sebaliknya.”

Apa artinya bagi pecinta kucing? Pertama, perilaku kucing oranye kemungkinan besar bukan semata akibat warna bulu. Kombinasi genetik, jenis kelamin, pengalaman hidup, dan interaksi dengan manusia lebih menentukan. Fakta bahwa mayoritas kucing oranye jantan mungkin menjelaskan mengapa banyak di antara mereka tampak lebih ramah—bukan karena warna itu sendiri.

Kedua, kisah kucing oranye menyoroti betapa banyak misteri tersisa pada hewan peliharaan yang sangat akrab dengan manusia. “Dunia kita masih penuh pertanyaan yang belum terjawab, bahkan yang tampak sederhana,” kata Sasaki.

Jadi, apakah kucing oranye memang paling konyol? Bukti ilmiah belum mendukung stereotip itu sepenuhnya, meskipun pengalaman para pemilik dan konten viral seakan berkata sebaliknya. Satu hal yang pasti: keunikan tiap kucing melampaui warna bulunya. Bagi para cat lovers, mungkin justru ketidakpastian inilah yang membuat kucing oranye, dan semua kucing terasa begitu istimewa.

Posting Komentar

0 Komentar