10 Burung Baru Ditemukan di "Dunia yang Hilang" Indonesia

Sebuah ekspedisi spektakuler yang dilakukan oleh tim nationalgeographic ke tiga pulau di Indonesia yang jarang dijelajahi berhasil menemukan 10 spesies dan subspesies burung yang sebelumnya belum pernah dideskripsikan ilmuwan. Penemuan ini menjadi rekor, mengingat rata-rata penemuan burung baru di seluruh dunia dalam dua dekade terakhir kurang dari enam per tahun.

Pulau-pulau tersebut adalah Taliabu, Peleng, dan Batudaka, terletak di timur Sulawesi. Tim peneliti yang dipimpin oleh Frank Rheindt, seorang ahli ornitologi dari National University of Singapore, menghabiskan enam minggu pada 2013–2014 untuk menelusuri pegunungan di pulau-pulau ini. Menurut Rheindt, wilayah ini menjanjikan penemuan burung baru karena belum pernah banyak dijelajahi oleh peneliti sebelumnya, bahkan oleh penjelajah abad ke-19 seperti Alfred Russel Wallace.

“Pulau-pulau yang dikelilingi laut dalam sangat menjanjikan untuk menemukan spesies unik,” kata Rheindt. Karena tidak pernah terhubung dengan daratan lain selama zaman es, pulau-pulau ini menjadi tempat lahirnya spesies yang hanya ada di sana. Burung yang secara tidak sengaja sampai ke pulau-pulau terpencil—misalnya terbawa badai—kadang berkembang menjadi spesies baru.

Beberapa spesies baru yang ditemukan termasuk dua jenis leaf warbler, burung kecil pemakan serangga yang tersebar di Old World, Taliabu myzomela, sejenis honeyeater pemakan nektar dan buah, serta Peleng fantail, yang dikenal dengan ekornya yang mengembang ketika merasa terganggu. Mochamad Indrawan, ahli biologi lapangan dari Universitas Indonesia, menjadi orang pertama yang mengumpulkan Peleng fantail, meski tidak terlibat dalam publikasi terbaru. “Deskripsi spesies baru ini sangat berguna, tapi kita juga harus lebih serius melindungi mereka dari ancaman kepunahan dan perubahan iklim,” katanya.

Dalam pencarian mereka, tim menggunakan metode klasik: mengikuti suara burung. Beberapa burung terdengar beberapa hari sebelum akhirnya terlihat. Rheindt mengingat momen saat pertama kali mendaki pegunungan Taliabu di tengah hujan deras. “Saya mendengar kicauan seperti belalang dari spesies grasshopper warbler yang belum pernah saya dengar sebelumnya,” kenangnya. Burung kecil cokelat ini kemudian dinamai Taliabu grasshopper warbler.

Di laboratorium, tim meneliti spesimen yang dikumpulkan, membandingkan DNA, anatomi, dan rekaman suara, memastikan mereka berbeda cukup signifikan dari spesies yang sudah dikenal.

Sayangnya, karena burung-burung ini kemungkinan hanya ada di pulau-pulau tersebut, mereka sangat rentan terhadap kebakaran hutan dan deforestasi yang telah marak terjadi. Rheindt khususnya khawatir pada Taliabu grasshopper warbler, yang hanya ditemukan di vegetasi kerdil di puncak gunung. “Saat suhu dan kekeringan meningkat, risiko kebakaran juga meningkat, dan burung ini tidak punya tempat lebih tinggi untuk berlindung,” ujarnya.

Dewi Prawiradilaga, rekan penulis studi dari LIPI, optimistis publikasi ini bisa membantu melindungi burung-burung tersebut dan habitatnya. Ia berharap pemerintah Indonesia memberi status perlindungan pada spesies dan subspesies baru ini.

Penemuan 10 burung baru ini menjadi pengingat bahwa dunia masih menyimpan “dunia yang hilang” yang penuh keajaiban. Tapi juga menjadi pengingat bahwa keajaiban itu rapuh, dan membutuhkan upaya serius untuk dijaga.

Daftar 10 Burung Baru:
1. Taliabu Grasshopper Warbler
2. Peleng Fantail
3. Taliabu Myzomela (Honeyeater)
4. Taliabu Leaf Warbler (subspesies baru)
5. Peleng Leaf Warbler (subspesies baru)
6. Batudaka Fantail (subspesies baru)
7. Batudaka Myzomela (subspesies baru)
8. Peleng Myzomela (subspesies baru)
9. Taliabu Fantail (subspesies baru)
10. Batudaka Grasshopper Warbler (subspesies baru)

Posting Komentar

0 Komentar