Musim rambutan, musim mangga, hingga musim musim nikah belum juga aku dapat meyakinkan orangtuanya. Ya seampai sekarang belum juga aku bisa meyakinkannya, mungkin doa dan usahaku masih kurang. Dan mulai hari ini akan aku tambah, dan lebih serius. Semakin dag dig dug, waktu yang ku punya kelihatannya tak lama, dan aku belum jadi apa-apa. Tekanan juga semakin kentara, kala grub-grub alumni silih berganti memberikan surat undangan pernikahan.
Baru saja dibicarakan, sudah datang saja undangan pernikahan. Ada seorang teman lama DM melalui sosial media. Assalamualaikum Topik. Aku minta doa restunya, besuk sabtu datang di resepsi nikahanku ya. Sembari melampirkan surat undangan dalam pesannya. Untung saja aku tipe-tipe orang yang tak begiu kaku, tak mempersoalkan hal-hal sepele. Kalau aku orang yang ribet, aku balas pesan itu dengan foto gambar amplop dengan uang sumbangan, terus aku tulis. Maaf juga aku ga bisa dateng besok, ini sumbangannya aku foto ya. Seakan undangan cetak adalah sebuah bentuk menghargai seseorang, ngajeni.
Aku pernah ikut pengajian, dan salah satu undangan yang sebisa mungkin di hadiri adalah walimatul nikah alias resepsi pernikahan. Selain itu aku juga berfikir jika dengan e-ulem, atau undangan elektronik akan mengurangi limbah plastik maupun kertas ditengah polusi sampah yang terus meningkat.
Aku bahagia dan serta sedikit sadar. Bahagia temanku menemukan separuh dari dirinya, yang bisa menyempurnakan agamanya. Sadar, bahwa aku sudah tua. Bukan lagi waktunya untuk bersantai ria. Lihatlah dia gadis yang kau sebut dalam doa, telah berdiri sedikit jauh di depan. Tidakkah kau ingin menjemputnya? Kau harus cepat, kalau tak mau keduluan orang pertanyaan dalam kepala yang tentu saja aku sudah tau jawabannya.
Sampai hari tanggal undangan, aku bak pendekar yang tegar. Berangkat sendiri, dan melihat orang berpasang-pasangan. Nasib. Kataku sedikit menahan getir. Sepeda motor ku parkir, belum terlalu ramai, baru beberapa yang terlihat mobil atau motor berjejer di parkiran. Helm ku lepas, aku taruh helm di spion kiri. Aku ambil sisir di saku, aku putar spion kanan. Dan kemudian aku tata rambutku yang acak-acakan karena pakai helm.
Assalamualaikum...., belum selesai aku menyisir rambutku, seorang perempuan menyapaku. Waalaikumusalam. Seketika mulutku tercekat. Nasib baik, gumamku dalam hati. Perempuan yang selalu kusebut dalam doa menyapa. Dag dig dug jantungku yang membuatku jadi gugup. Tubuh ini tak terkendali. Ah bego sekali kau Topik, lemah. Jangan tunjukkan kalau kamu grogi di depannya tunjukkan kejantananmu! makiku dalam hati.
Eh kamu, sendirian? tanyaku basa basi. Enggak, kamu sendirian? deg, seperti kaca yang jatuh dari ketinggian. Pecah berkeping-keping. Ternyata dia sudah enggak sendirian. Iya, sendirian. Lha kamu sama siapa? tanyaku kembali. Sama adekku, itu lagi markir motor. Jawabnya sambil senyam-senyum. Mungkin dia membaca raut mukaku yang jadi pucat ketika mendengar jawaban pertamanya. Dan kemudian berubah ketika dia meluncurkan jwaban yang kedua. Ya jelas, tak jadi hancur. Seakan malaikat masih berada di pihakku untuk menangkap dan menyelamatkan kaca yang hampir saja hancur, ya paing tidak untuk saat ini. Ayok, barengan masuk katanya mengajak.
Musik romantik beralun bahagia. Bunga-bungan tersenyum dalam bingkaian dekor. Kebahagian terpancar dalam raut muka tamu dan keluarga. Aku pijak bersamanya karpet merah yang membawa ke singgah sana raja dan ratu. Meskipun tak sampai singgah sana, hanya duduk depan belakang, sudah bisa membuat darah terpompa cepat, bahagia kurasa. Semoga hari berikutnya, kita yang akan duduk disana. Doaku dalam hati.
MC membuka acara dengan rasa bahagia. Bak raja dan ratu, kedua mempelai dipuji dan di sanjung. Kok Mcnya itu mulu sih. Bisik seorang mbak-mbak di belakang tempat dudukku. Apa iya? sahut mbak-mbak dibelakangnya.
Setelah membacakan runtutan acara, MC membuka acara yang kemudian disusul dengan pembacaan ayat suci dan doa. Aku pasang telinga baik-baik, lantunan merdu ayat-ayat suci sedikit tercemar oleh suara berisik khas bebek yang tengah di giring oleh gembalanya. Kupingku tebalkan untuk bisa mengamini doa-doa yang dipanjatkan. Katanya, doa yang baik akan juga kembali kepada orang yang mendoakan.
Doa telah dihantarkan ke pintu langit. Melodi romantis kembali masuk ke gendang telinga, semua tamu undangan berdiri. Seorang dengan jas hitam memainkan sexophone masuk, di ikuti oleh mempelai berdua yang berjalan dibelakangnya. Berjalan dengan anggun menuju singgah sana. Oh itu yang laki. Krempeng ya, kurang berisi badannya. Yang lain berkomentar keanggunannya, mbak-mbak dibelakangku melihat dari sudut pandang yang miring.
Mempelai berdua telah duduk di singgah sana. Sang pangeran dan tuan putri telah hadir ditengah-tengah kita dengan bahagia. Begitu kata MC. Telah melakukan janji suci, akad pernikahan pada tanggal 24 Juli. Tambah sang MC. Mbak-mbaknya berceloteh Juni, Agustus, September, wih sudah tiga bulan baru resepsi ya?. Aku berfikir mbak ini jago sekali berkomentar komentator.
Melodi masih mengalun, kali ini mendendangkan Beautiful in white, lagu milik Westlife. Kedua mempelai tersenyum lebar, membikin iri semua orang. Hari ini, dunia memang milik mereka berdua. Melihat kebahagiaan itu, dalam hati aku berdoa. Semoga orang di depanku kelak memilihku, dan semesta merestuinya. Seorang juru gambar atau tata rias, aku tak begitu yakin, membantu menata gaun yang dikenakan mempelai putri. Itu apa ya enak duduknya? Gaunnya besar kaya gitu. Untung doaku telah selesai aku panjatkan ketika mbak dibelakangku kembali menuturkan kalimat. Sehingga kekhusukkan doaku jadi tidak terganggu.
Snack, sop, nasi dan es krim susul menyusul menjamu tamu undangan. Mempelai dan orang tua berdiri seolah memberikan penghormatan. Seorang perwakilan dari keluarga berdiri didepan, dengan di apit oleh keluarga mempelai. Saya selaku yang diberikan amanah untuk menyampaikan ucapan terimakasih. Karena sungguh mempelai bersama keluarga sangat-sangat bahagia sehingga tidak kuasa untuk langsung mengucapkan sendiri. Kata perwakilan itu. Sambil makan nasi aku masih mendengarkan pambagyo harjo yuwono ini. terimakasih kepada seluruh tamu undangan yang telah hadir dan membantu dalam bentuk apapun. Saya juga mewakili keluarga meminta maaf jika acara yang telah disusun jauh-jauh hari masih ada kekurangan dan tidak berkenan di hati tamu undangan. Sambung perwakilan keluarga. Kentangnya rasanya aneh ya. Catering dari mana sih ini? baru saja pihak keluarga menyampaikan ucapan terimakasih dan permintaan maaf mbak dibelakang sudah berceloteh lagi.
Menikah sekali seumur hidup, resepsi pasti juga inginkan hal berkesan. Namun jangan hiraukan esensi dari pernikahan. Yakni mengabarkan kebahagian bahwa mempelai berdua telah sah secara agama dan hukum. Dirancang sebagus dan sebaik mungkin pasti afa beberpa hal yang diarasa masih kurang. Mau digelar semewah apa, atau sesederhana apapun, inti dari pada inti adalah setelah menikah mengarungi kehidupan berdua. Love in marriage terdapat tiga unsur yaitu, passion, intimacy, commitment dan terdapat empat ekspresi yaitu, Knowledge, respect, care, responsibility. Jadi suka, kemudian sering dan menjaga komitmen dengan pula ekspresi mempunyai pengethuan satu sama lain, saling menhirmati yang putri dengan yang putra, perhatian satu sama lain, dan peka. Begitulah kata Fahrudin Faiz dalam kajiaanya semalam di masjid kampus.
Pengantin berdiri yang kemudian berjalan menuju keluar, pertanda bahwa acara telah paripurna. Lantunan musik nan energik masih dalam nuansa kebahagiaan. Tamu-tamu undangan yang telah selesai makan mulai keluar, bersalaman dengan mempelai serta mengucapkan selamat.
“Barakallahu lakuma wa baraka alaika wa jamaa bainakuma fi khoir. Selamat menempuh hidup baru. Aku tunggu kedatangannya di pernikahanku, dan yang ada di depanku. Insyaaallah.
0 Komentar